Sejarah Pasar Aceh



Gampong Pasar Aceh juga dikenal dengan Pasar Baro. Gampong ini satu-satunya sentral Tionghoa (Cina) di Kota Meulaboh, yang sudah hadir sejak periode Kesultanan Aceh tahun 1860, dan masih bertahan pada era Belanda di Aceh.

Darimana asal usul Pasar Aceh? Istilah Pasar Aceh ini berasal dari aktivitas pasar yang dilaksanakan oleh orang-orang di tempat tersebut, yang kemudian diberikan kata Aceh, walaupun aktifitas di sini juga dipenuhi keturunan Tionghoa. Kemungkinan besar nama Pasar Aceh ini dijuluki oleh 9697Pemerintah Daerah. Di tanah Teuku Umar ini, budaya Tionghoa hidup dan disemai, walaupun mereka tinggal tersebar di luar Pasar Aceh, namun di wilayah inilah aktifitas Cina paling dominan.

Pada dasarnya, Pasar Baro adalah perluasan dari Pasar Aceh, yaitu perluasan dari Peukan Gambe, makanya dinamakan dengan Pasar Baro, artinya pasar yang baru. Wilayah Pasar Baro terkenal dengan Pantai Kasih-nya yang dihiasi dengan Tangki Kuning PT Socfindo, pada saat tsunami hanyut ke perbatasan Kampung Belakang dan Suak Indrapuri, dan kemudian oleh pihak PT Socfindo membelah tangki tersebut untuk dibersihkan. Di pantai ini banyak sekali tumbuh pohon-pohon asam Jawa, sebagian riwayat menyebutkan dibawa dan ditanam oleh serdadu Belanda.

Pasar Aceh juga terletak Pelabuhan Serbu Pem atau Pelindo yang disinggahi kapal-kapal luar negeri untuk memuat barang-barang hasil bumi diekspor ke luar negeri. Barang-barang ekspor seperti Lada, Kopra, Cengkeh, Karet dan Rotan. Hasil bumi tersebut utamanya dibawa ke Penang, India, Inggris dan Arab. Bongkar muat pelabuhan Samudera teluk Meulaboh di Pasar Aceh dilakukan oleh ramai pekerja di pelabuhan.

Isnu Kembara mengatakan bahwa Pasar Aceh adalah kata pertama mengambarkan keadaan pertokoaan di daerah ini, waktu itu dapat dikatakan bahwa Pasar Aceh terletak di sekitar toko batu, yang terdapat Toko Dewata dan Pedoman pada tahun 80-an. Pada periode berikutnya, dibangun toko-toko baru ke arah pelabuhan Pelindo atau Serbu Pem atau Bom, daerah inilah yang dinamakan dengan Pasar Baro. Namun dalam perkembangannya semua adminitrasi daerah tersebut masuk ke dalam Gampong Pasar Aceh.

Sedangkan Pasar Baro, tempat dimana direlokasi tukang pangkas dari Ujong Kalak tepatnya Pantai Kasih yang Asal Usul dibangun dengan bangunan khas menjorok di seputaran Pantai Kasih termasuk fasilitas-fasilitas umum. Pasar Baro memiliki pesona pantai teramat indah dengan teluknya Padang Seurahet. Ini potret zaman dahulu Pasar Baru terletak dihadapan Teluk Samudera penuh dengan pemandangan kapal-kapal berlabuh. Jika sore hari, aktifitas para nelayan menyandarkan barisan perahunya menjadi panorama indah hingga tenggelam matahari. Pantai Pasar Baro berubah namanya, kawula muda mengenalnya Pantai Kasih, sebutan aslinya semakin memudar. Sebagiannya merekam dalam ingatan dengan beragam kenangan.

Menurut Isnu Kembara, Pasar Aceh dibangun tahun 1904. Pembangunan Pasar Aceh dirancang oleh orang Aceh yang berada di Penang kemudian membangun Pasar Aceh di Meulaboh sehingga wajah Pasar Aceh merupakan “lukisan sejarah” antara Meulaboh dengan Penang. Disinilah berlokasi Kedai Batee, toko modern pertama yang dibuat dengan beton di Kota Meulaboh dengan arsitektur yang sama dengan kedai yang ada Penang. Pada perkembangannya, Pasar Baro ini menjadi sentral perbankan seperti BRI dan BNI.

Gambaran bangunan Pasar Aceh tempo dulu berdinding papan dengan atap seng, kemudian tiang depan terdiri dari tiang beton besar, kiri kanan jalan (sekarang: Jalan Sudirman) bangunan Pasar Aceh dilihat dari kejauhan cukup teratur sehingga para pedagang menjadi ramai. Salah satu kedai toko milik orang kaya di Meulaboh adalah H. Dariyah. Bagian belakang kedainya tersebut sering diadakan rapat-rapat rahasia para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dibawah pimpinan H. Daod Dariyah, anaknya.

Dalam perkembangannya, pada tahun 1904 Pasar Aceh disambung pembangunan ke arah pelabuhan, yaitu Pasar Baru dengan bangunan seperti Pasar Aceh. Akan 9899tetapi bagian depan kedai tiangnya terdiri kayu balok yang didatangkan dari Penang. Sementara suasana perdagangan dan perekonomian rakyat semakin semarak. Kapal-kapal dari dunia luar terus bertambah dengan berbagai barang ekspor masuk ke pelabuhan Meulaboh seperti Lada, Kopra, Karet, Pinang, Cengkeh, Lawang, Rotan dan lainnya.

Pada tahun 1942, Jepang masuk ke Meulaboh mengusir tentara Belanda dari Tangsi Meulaboh. Tentara Belanda pindah ke Singkil sebelum keluar dari Aceh. Kondisi politik negeri yang tidak stabil, ternyata tidak mengganggu perdagangan di Pasar Baru dan Pasar Aceh seutuhnya, kapal-kapal di pelabuhan tetap berlabuh meskipun dalam keadaan huru-hara. Pusat perdagangan Pasar Aceh dan Pasar Baru tetap berlanjut walau situasi dan kondisi mencemaskan. Dalam situasi darurat, pejuang barat Aceh tidak gentar melawan kekejaman Jepang.

Di Meulaboh, pemuda-pemuda Ujong Kalak adalah barisan terkuat merebut kedaulatan dan mengusir Jepang dari belahan Barat Aceh. Hingga kemerdekaan 1945, aktifitas Pasar Aceh dan Pasar Baru sebagai kota perdagangan dan pusat ekonomi bahagian pantai Barat Aceh semakin besar dan maju. Ketika Barter di zaman 1970-an, peran strategis Pasar Aceh dan Pasar Baru tetap maju pesat tatkala angkutan laut tidak mendapat kendala. Dapat dikatakan pelabuhan Meulaboh teramai di pantai Barat Aceh, bahkan wilayah Sumatera Utara (Inang-inang) belanja di Pasar Aceh dan Pasar Baru yang kemudian dibawa ke Medan.

Bahkan kebakaran Pasar Baro tahun 1970 di pusat perbelanjaan ini tidak membuat bisnis di sini musnah. Pemerintah membangun kembali Pasar Baro, seiring waktu geliat bisnis terus berkembang dan dipenuhi oleh beragam orang, pelabuhan tetap Berjaya. 100101Sampai tahun 1990-an pasar ini sangat ramai dan merupakan pusat perdagangan di Kota Meulaboh. Sekitar 200 pintu toko menghiasi tempat ini dengan berbagai aktivitas bisnis, dari bahan pakaian sampai alat pemancingan. Pusat pasar ini mulai hilang pamornya ketika terjadi kebakaran hebat pada pertengahan tahun 1990-an yang menyebabkan sebagian besar toko yang berbahan beton dan kayu itu hangus terbakar, sehingga muncul ide untuk mengubah fungsi Pasar Aceh sebagai Front Walter City dimana dilakukan pergeseran tata letak sehingga diharapkan toko-toko yang ada tidak membelakangi sungai dan laut. Namun proses ini berlarut-larut karena tidak adanya kesepakatan yang baik dengan pemilik tanah sehingga terbengkalai lama, hingga akhirnya tsunami. Pasca rehab rekon dibangun sebanyak 42 ruko dari Tear Fund.

Tahun 2004 saat tsunami meluluh lantakkan Kota Meulaboh dan melenyapkan gedung-gedung megah di Pasar Baro dan Pasar Aceh. Mayat manusia, hewan, dan sampah rongsokan menyatu diseputaran wilayah ini. Pasca rekonstruksi dan rehabilitasi Pasar Baro dan Pasar Aceh oleh NGO-NGO dalam dan luar negeri telah membangun fisik baru. Berharap tuah kembali ke Kota Tuha Pasar Baro dan Pasar Aceh, ternyata pasar tersebut menunggu kembali rohnya seperti tempo dulu. (Teuku Dadek dan Isnu Kembara dari Berbagai Sumber)







Pasar Aceh

Alamat
Jl. Merdeka Gampong Pasar Aceh
Phone
Telp. 0651 - 7554635, Fax. 0651 - 7554636
Email
[email protected]
Website
pasaraceh.sigapaceh.id

Kontak Kami

Silahkan Kirim Tanggapan Anda Mengenai Website ini atau Sistem Kami Saat Ini.

Total Pengunjung

18.210